Sabtu, 12 Mei 2012

Cerita saya :)


Kasih Uang Habis Perkara!

Kamar kontrakan itu berukuran 3 x 5 meter. Disekat oleh gorden yang diikat oleh tali plastik. Sebelah ruangannya digunakan untuk ruang tamu sebelah lagi untuk kamar tidur. Tempat ini ada di gang kecil pemukiman padat penduduk kota Bandung. Kalau bukan karena panduan lewat telfon dari penghuni kontrakan, sulit rasanya bisa sampai ke tempat ini.
Setelah dipersilahkan duduk kami berbincang menanyakan kabar dan aktifitas yang dijalani saat ini. “Saya menerima potong rambut dan perawatan muka serta tubuh di rumah yang memanggil, selain itu saya juga jualan baso goreng dan makanan anak-anak di depan kontrakan” perempuan paruh baya ini menjelaskan. “Wah…ada manfaatnya juga ya kursus salon yang kami adakan kemarin, ujar saya. “Iya alhamdulilah ada manfaatnya, sebenarnya saya diajak kerja di salon besar dekat rumah, tapi saya tolak karena anak saya masih kecil”  jawab perempuan itu. Anaknya yang berusia sekitar tiga tahun terlihat manja dengan ibunya.
Sambil ngobrol, saya meminta izin kepada ibu tersebut untuk membuka catatan dan menuliskan hal apa saja yang harus saya tanyakan terkait dengan evaluasi program penanganan dan pemberdayaan yang sudah kami berikan terhadapnya. Saat menulis tiba-tiba anaknya ingin ikut menulis. Saya berikan selembar kertas namun pulpen yang saya bawa hanya satu. Karena itu pulpen itu saya berikan pada anak si ibu dan saya mengeluarkan laptop yang saya bawa. Saya kembali meneruskan obrolan yang tertunda tadi. Namun rupanya si ibu marah melihat ulah anaknya. Kertas dan pulpen yang saya berikan dia ambil paksa dari anaknya dan mengembalikan kepada saya. Dia berkata “jangan neng, kalau anak ini sudah menulis dia akan lama nulisnya sampe berjam-jam kertasnya nanti habis”. Saya berkata “tidak apa-apa bu itu namanya anak pintar, kertas dan pulpennya buat anak ibu saja, saya bisa menulis disini. “Gak usah lebih baik dia ibu suruh main saja biar tidak mengganggu kita” ibu itu menyela sambil memberi anakknya uang 1000 rupiah untuk jajan. “Nih kamu jajan saja mamah ada perlu sama si teteh”. Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi karena saat menerima uang itu, anak itu begitu gembira dan segera lari ke luar.
Kembali kami melanjutkan pembicaraan seputar kehidupannya setelah dipulangkan dari Batam karena terjebak dengan sindikat perdagangan orang. “Ya beginilah keadaan saya sekarang. Saya tidak tinggal dengan suami di rumah mertua lagi karena tidak tahan. Saya dianggap perempuan yang sudah kotor. Jadi daripada makan hati lebih baik tinggal dikontrakan ini dengan ibu saya”  ia bercerita. “Oh jadi ibu tinggal dikontrakan ini dengan orang tua ibu?, tanya saya. Ia menjawab, “iya saya tinggal disini dengan ibu, kakak perempuan saya dan anaknya, dua adik laki-laki saya dan dua anak saya”. Saya segera membayangkan bagaimana tempat sekecil itu dihuni oleh 8 orang.  Tapi inilah kenyataan yang harus dihadapi perempuan ini.
“Kalau anak ibu yang satu lagi dimana? kenapa hanya dua orang saja yang bersama ibu?” tanya saya heran karena dari data yang ada ibu ini memiliki tiga anak. “Oh kalau anak saya yang perempuan gak tau ada dimana, pokoknya dari kelas dua SMP dia udah enggak sama saya, terahir saya ketemu mau lebaran di depan gang mau ke rumah. Dia turun dari mobil dan sedang bersama temannya. Saat saya hampiri, dia malah kabur. Kata bapaknya sih dia mah anak setan”. Terus terang saya sangat kaget dengan cerita dan umpatan ibu ini. Sudah setahun anaknya tidak diketahui keberadaannya namun dari kabar burung katanya anaknya ada di kawasan puncak jadi simpenan om-om.
Tiba-tiba anak bungsunya kembali datang menghampiri kami dan segera saya berikan kertas dan pulpen yang terus dilihat oleh anak tersebut. Namun kembali si ibu mengembalikan kepada saya dan kembali memberi anaknya uang 1000 rupiah. Saya segera menegur ibu tersebut bahwa apa yang dilakukan adalah tindakan yang kurang baik. Si ibu terlihat tidak suka dengan teguran saya, dia ingin obrolan kami dilanjutkan dan tidak usah memperdulikan anaknya baik anak perempuannya maupun anak bungsunya.
Pembicaraan selanjutnya jadi kaku dan tidak menyenangkan. Saya hanya menanyakan apa yang tertera di lembar evaluasi tanpa bisa bertanya lebih mendalam. Saya tidak tahan rasanya melihat perlakuan ibu tersebut kepada anaknya yang kecil. Karena tatapan anak tersebut begitu bersemangat saat melihat pulpen dan kertas. Namun si ibu malah mengubur semangat itu dengan sesuatu yang buruk.
Baginya mungkin uang adalah sebuah solusi. Segala sesuatu bisa diselesaikan dengan uang. Pola pikir seperti inilah mungkin yang menjadikan si ibu sempat terjebak dalam sindikat perdangangan orang. Dengan iming-iming mendapatkan uang yang banyak dalam waktu yang sekejap ia berani meninggalkan keluarga. Bisa jadi anak perempuannya yang tidak diketahui keberadaannya diakibatkan karena pola pikir sang ibu yang matrealis. Yang mengira bahwa kebahagiaan semata hanya bisa didapatkan dengan uang. Kasih Uang Habis Perkara!
Sejarah Ditemukannya Pulpen
Bolpoin atau bolpén (bahasa Inggris: ballpoint) adalah alat tulis yang ujungnya menggunakan bola kecil yang berputar untuk mengontrol pengeluaran tinta kental yang disimpan dalam kolom berbentuk silinder.

Ujung bolpen berupa bola kecil dari kuningan, baja, atau tungsten karbida yang diameternya berbeda-beda, umumnya 0,7 hingga 1,2 mm. Besar diameter bola berpengaruh pada ketebalan tulisan di atas kertas. Tinta kering dalam seketika setelah bersentuhan dengan kertas. Bolpoin berbeda dengan pulpen, bolpoin berharga murah dan bebas pemeliharaan.

Awalnya, alat tulis yang menggunakan tinta adalah pena dan tinta yang digunakan terpisah. Pena yang digunakan pada awalnya dibuat dari bulu angsa seperti yang lazim digunakan di Eropa pada abad pertengahan, batang alang-alang air yang digunakan di Timur Tengah atau bahkan kuas yang digunakan di Cina dan Jepang. Kelemahannya adalah penggunaannya sering merepotkan para pemakainya karena tintanya berceceran atau bahkan tumpah di atas kertas.

Bolpoin diciptakan oleh jurnalis Hungaria, László Biró pada tahun 1938. Biro memperhatikan bahwa tinta yang digunakan dalam percetakan surat kabar mengering dengan cepat dan tidak meninggalkan noda pada kertasnya. Kesulitan-kesulitan lain saat menggunakan pena untuk mengoreksi naskah-naskah yang ditulis pada kertas tipis seperti tinta yang melebar, tumpah atau kertas yang sobek karena sabetan pena yang cukup tajam.

Bersama saudara lelakinya George, seorang kimiawan, dia mengembangkan ujung pen yang baru berupa sebuah bola yang dapat berputar dengan bebas pada sebuah lubang. Saat berputar, bola tersebut akan mengambil tinta dari sebuah kartrij, tinta membasahi bola kecil yang mengalir secara kapiler dan dengan bantuan gravitasi. dan kemudian menggelinding agar melekatkannya pada kertas. Karena bola kecil itulah maka pena baru itu dinamakan ball point pen atau yang lazim dikenal dengan nama bolpoin.


Rancangan ini kemudian dipatenkan di Argentina pada 10 Juni 1943 dan dijual dengan merek Birome, yang masih bertahan hingga saat ini.Dua orang berkebangsaan Inggris, Henry Martin dan Frederick Miles mendukung gagasan ini. Mereka kemudian ikut menekuni pembuatan alat tulis baru ini dan dijual ke Angkatan Udara Inggris yang memerlukan alat tulis yang anti bocor dan meluap untuk digunakan pada pesawat terbang yang digunakan pada Perang Dunia II.

Pada waktu yang bersamaan, di Amerika Serikat, Milton Reynolds asal Chicago membeli alat tulis baru itu. Ia kemudian menyempurnakannya dan menjualnya kepada tentara Amerika. Namun bolpoin itu masih belum sesempurna bolpoin yang ada pada saat ini.

Franz Szech, seorang warga California, berusaha mencari tinta yang sempurna dan berhasil membuat tinta tersebut dari dapur rumahnya.Tinta itu jauh lebih awet dan tahan lama berada dalam bolpoinnya, namun sayangnya tinta itu lambat laun menjadi kering bila terkena udara.

Setelah perang dunia II usai, orang-orang berkumpul di etalase pusat pertokoan Gimbels di New York. Di etalase ini disediakan sebuah tanki air besar yang dikerumuni oleh pengunjung. Tangki air ini digunakan untuk mendemonstrasikan alat tulis berupa pena yang digunakan di bawah permukaan air. Pena tersebut dipromosikan menggunakan tinta buatan Szech.

HIDUP Bukanlah Sebuah VCD PLAYER

Cerita Motivasi ini adalah "kisah nyata" yang pernah terjadi di Amerika. Seorang pria membawa pulang truk baru kebanggaannya, kemudian ia meninggalkan truk tersebut sejenak untuk melakukan kegiatan lain.

Anak lelakinya yang berumur 3 tahun sangat gembira melihat ada truk baru, ia memukul-mukulkan palu ke truk baru tersebut. Akibatnya truk baru tersebut penyok dan catnya tergores.

Pria tersebut berlari menghampiri anaknya dan memukulnya, memukul tangan anaknya dengan palu sebagai hukuman. Setelah sang ayah tenang kembali, dia segera membawa anaknya ke rumah sakit. Walaupun dokter telah mencoba segala usaha untuk menyelamatkan jari-jari anak yang hancur tersebut, tetapi ia tetap gagal. Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil tersebut.

Ketika anak kecil itu sadar dari operasi amputasi dan jarinya telah tidak ada dan dibungkus perban, dengan polos ia berkata, "Papa, aku minta maaf tentang trukmu." Kemudian, ia bertanya, "tetapi kapan jari-jariku akan tumbuh kembali?"

Ayahnya pulang ke rumah dan melakukan bunuh diri.

Renungkan cerita di atas! Berpikirlah dahulu sebelum Anda kehilangan kesabaran kepada seseorang yang Anda cintai. Truk dapat diperbaiki. Tulang yang hancur dan hati yang disakiti seringkali tidak dapat diperbaiki.

Terlalu sering kita gagal untuk membedakan antara orang dan perbuatannya, kita seringkali lupa bahwa mengampuni lebih besar daripada membalas dendam. Orang dapat berbuat salah. Tetapi, tindakan yangkita ambil dalam kemarahan akan menghantui kita selamanya. Tahan, tunda dan pikirkan sebelum mengambil tindakan. Mengampuni dan melupakan, mengasihi satu dengan lainnya.

Ingatlah, jika kau menghakimi orang, kau tidak akanada waktu untuk mencintainya waktu tidak dapat kembali....
Hidup bukanlah sebuah VCD PLAYER, yang dapat di backward dan forward.
HIDUP hanya ada tombol PLAY dan STOP saja.
Jangan sampai kita melakukan kesalahan yang dapat membayangi kehidupan kita kelak.

Yang menjadi sebuah inti hidup adalah "HATI" Hati yang dihiasi belas kasih dan cinta kasih. CINTA KASIH merupakan nafas kehidupan kita yang sesungguhnya.

Tersentuhkah hati anda?

Kalau YA, artinya Anda masih mempunyai HATI. Forward lah Post Bulletin ini. Pengalaman orang lain dapat menjadi hikmah bagi kita dan jangan sampai kesalahan orang lain kita ulangi juga.

 

 

Berawal dari Sebuah Sapaan (Senyum, Salam, Sapa)

Cerita Motivasi Kali ini saya akan menceritakan tentang sebuah kisah yang cukup sederhana, Berawal dari Sebuah Sapaan. Ini adalah cerita motivasi singkat dari salah satu sahabatku, sebut saja Bunga (bukan nama sebenarnya). Dia menceritakan sebuah pengalaman menarik tentang sahabatnya yang “selalu” mendapatkan keberuntungan. Aku merasa sedikit heran, mengapa dia selalu beruntung? Demi menghilangkan rasa penasaran dan kegelisahan, maka cobalah sobat ikuti cerita singkat berikut ini.

"Ga usah" jawaban bersahabat dari seorang kenek bis kota kampus itu terus terang menghadirkan tanda tanya dalam hatiku, "kenapa dia tidak mau menerima ongkos itu ?". Turun di terminal, sobatku yang talkactive itu memulai aksi yang baru, menghampiri gerobak pedagang air tebu.

Bapak itu buru-buru menyodorkan segelas air tebu es kepadanya, padahal dia belum meminta. Rupanya si bapak sudah melihat kedatangannya dari jauh. Bukan hari ini saja, seakan-akan setiap hari selalu ada orang baik untuknya.

Kemaren, ketika dia asyik berceloteh dengan teman-teman sewaktu jam istirahat, seorang ibu yang biasa mengusung dagangannya dari blok ke blok kelas kuliah memanggilnya. Dengan gembira dia kembali, "nih satu buat kamu" sambil membawa dua bungkus tahu isi, "dikasih si Ibu" lanjutnya sambil tersenyum kepada si Ibu yang juga tersenyum dengan bahagia.

Belum lagi, minggu yang lalu dia sukses memindahkan sepiring sate dosen ke tangannya. Aku berusaha sekuat tenaga menyibak kekuatan yang dimilikinya. Sobatku itu seorang yang sederhana, tidak kaya, tidak cantik, tidak terlalu berprestasi. Hanya satu kelebihannya yang tidak dimiliki orang lain. Ya .. aku mulai menyadari. Kelebihan itu juga tidak ada padaku.

Dia sangat hobby menyapa orang lain yang berlanjut dengan obrolan. Anehnya, dia tidak pernah kehabisan bahan. Dari terminal sampai kampus, sang kenek seakan mendapat tambahan semangat ketika dia ajak ngobrol. Begitu juga wajah pedagang tebu ketika dia bertanya tentang keadaan isteri dan anak-anaknya. Aha ! aku juga baru tahu kenapa si ibu rela memberikan tahu cuma-cuma untuknya.

Karena sifatnya yang ramah, dia tidak saja punya teman sesama fakultas, tapi juga dari fakultas lainnya. Merekalah yang "dipaksa"nya untuk membeli dagangan si ibu.

Masih dengan rasa penasaran, kucoba bertanya kepada kenek bis yang selalu memberi gratisan kepadanya "ga rugi tuh ?". Sungguh terperanjat aku mendengar jawaban kenek itu "Wah, ga sebanding mba’ dengan jajan yang selalu diberinya untukku".

Aku tidak mencoba bertanya lebih jauh kepada pedagang air tebu, karena aku sudah menemukan jawabannya. Seperti kata seorang guru "Orang mendapatkan bukan dari apa yang dimintanya tapi dari apa yang diberikannya." Yah, sobatku melakukannya dengan tulus dan suka cita. Keramahtamahan dan kemuliaan budinya langsung dibalas Allah lewat kasih sayang hamba-hamba-Nya yang lain. Semuanya berawal dari sebuah sapaan.

Sobat, sebenarnya untuk mendapatkan kebahagiaan tidaklah sesulit yang dibayangkan. Orang selalu berfikir dengan memiliki banyak harta, pasti gembira dan bahagia, sehingga kita berlomba menumpuk sebanyak-banyaknya harta. Tetapi ternyata untuk memperoleh kegembiraan dan kebahagiaan, bukan resep itu yang paling mujarab, tetapi cukup dengan tidak serakah dan memiliki harta secukupnya saja. Namun perbanyaklah untuk saling sapa dan beramahtamahlah dalam pergaulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar