Kehilangannya bukan akhir segalanya
Perjalanan cinta tak selamanya mulus, semua punya alur
ceritanya sendiri-sendiri, ada suka, ada juga duka. Begitu juga dengan kisah
cintaku, pernah dilukai dan merasakan sakitnya di khianati.
Hubungan yang telah berjalan lama, bahkan sudah ku
gadang-gadangkan untuk menetapkan dia sebagai yang terakhir dari pencarian
cintaku, tempat ku labuhkan seluruh kasih sayangku, dan menjadikanya sebagai
tahta dihatiku selamanya.
Namun ternyata semua harus kandas begitu saja, berakhir tanpa
ada kesempatan untuk memintainya penjelasan, dia minggat bersama laki-laki yang
tak lain adalah sahabat ku sendiri, mereka ternyata sudah lama menikam ku,
mereka sudah lama menjadi racun dalam hidup ku, mereka telah bersandiwara
dengan apik dalam drama percintaan ku. siapa yang tak lantas sakit hati? Siapa
yang tak kecewa? Siapa yang tak marah?
Bohong, Bohong kala itu kalo aku begitu saja bilang aku
baik-baik saja, bohong kalo aku ikhlas menerima semua itu, bohong kalo aku
tegar menerima kenyataan itu. Sumpah aku tak sanggup rasanya melihat dunia, aku
disulut benci dan amarah yang membakar logikaku. aku sakit hati.
Sakit yang teramat dalam yang tak akan mampu seorangpun
mengerti, bahkan tak akan mempu aku uraikan dalam jabaran kata, tak akan mampu
aku lukis secara gamblang dalam secarik kanfas, tak akan mampu aku tuangkan
dalam ceceran air mata, semua teramat menyedihkan.
Sakit hati membuat ku menjadi terlalu tertutup dan terlalu
berhati-hati membuka perasaan terhadap cinta yang datang, bahkan dengan
terang-terangan menolaknya untuk sekedar mengintip dalam tirai hatiku karena
aku takut terluka lagi.
Kegagalan itu tak lantas membuat ku membenci cinta, cinta tak
salah, cinta tak pernah membuat aku terluka, sejatinya cinta itu suci, cinta
itu tulus dan cinta itu tanpa pamrih, cinta itu jujur, cinta itu setia.
Yang salah saat itu adalah orang yang telah aku percayakan
cintaku, ya… aku salah mencintai seseorang, aku telah keliru menilainya sebagai
orang yang tepat untuk menjaga hatiku. Untuk itu, aku harus lebih selektif dan
lebih bijak lagi dalam memilih siapa yang layak untuk mendapatkan kesungguhan
ku.
Waktu, ya hanya waktu yang mampu secara perlahan meluruhkan
ingatan akan sakit hati ini, dukungan dan kasih sayang dari keluarga dan
sahabat menjadi obat mujarab untuk cepat mengakhiri cerita kelam itu,
memantapkan diri sendiri untuk merubah dan menata kembali hari yang rapuh
menjadi bara penyemangat untuk melihat dunia dari sisi yang berbeda, kini
perlahan dunia kurasa tak semendung dulu, sudah ada pelangi setelah derai
hujan, dan aku yakin mentari akan bersinar dan kembali menghangatkan ranah
hatiku.
Bangkit dan menikmati wangi dunia meski tanpanya bukan akhir
dari segalanya, dunia terlalu indah jika hanya menangisinya lebih lama lagi.
Saatnya kembali berkarya dan mewarnai hari dengan senyuman bukan lagi air mata.
Aku percaya di balik setiap peristiwa akan ada hikmah yang
bisa dipetik, walau mungkin sampai saat ini, hikmah apa dari peristiwa ini
belum jelas mampu ku baca. Yang ku yakini Tuhan sayang sama aku maka DIA
menjauhkannya dari Hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar